Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berbalik Arah (Part IV) - Kejadian 6: 7


 

 Shalom!
Renungan :
Kejadian 6:7

Berbalik Arah (Part IV)


    Hampir setiap orang tua di dunia ini dalam mendidik anaknya, apabila ketika anaknya melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan arahan orang tua, perlu tindakan tegas. Atau dengan pengertian lain, orang tua memiliki wewenang untuk mendidik anak dengan cara memberi sanksi bahkan sebuah pukulan yang bermoral. Tindakan tegas, atau sebuah sanksi dari orang tua kepada anak, pada pengertian sejatinya bukanlah karena orangtua bersikap jahat kepada anaknya. Melainkan karena rasa cinta dan rasa sayang yang begitu besar. Sebab, pasti ada suatu cara atau perilaku yang tidak sesuai dengan arahan dari orang tua yang dilakukan seorang anak. Sehingga, perlu adanya tindakan tegas hingga sanksi dan bahkan hajaran yang keras, bertujuan agar arah anak itu kembali kepada arah yang benar. Baik itu sesuai norma, etika, dan terlebih Alkitab.

    Sehingga tidak heran, Alkitab mencatat bahwa Allah melakukan sanksi yang keras terhadap umat manusia, yang arah hidupnya sangat-sangat jauh dari kehendakNya. Kendatipun benar bahwa Allah dengan kemahatahuanNya mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi, dan bagi Dia tidak ada suatu kejadian pun yang mengejutkan. Namun, tidak berarti bahwa Dia tidak bereaksi terhadap kebejatan yang dilakukan secara sengaja oleh manusia. Dia bukanlah Allah yang tidak memiliki perasaan, tidak dapat murka atau berduka, melainkan Alkitab mencatat hal yang sebaliknya. Dalam Alkitab kita mengetahui bahwa Allah itu memiliki perasaan yang memperhatikan, Allah yang mengasihi, memiliki kepedulian yang dalam, bahkan pada puncak kasihNya, Ia menjadi manusia dan menebus dosa-dosa manusia.

    Meski Allah adalah Eksistensi yang memiliki perasaan, perlu digarisbawahi bahwa Ia adalah Allah yang Suci dan Adil. Dalam tindakannya pada ayat 6: “Maka menyesallah TUHAN, bahwa ia telah menjadikan manusia di bumi,…” ungkapan “Maka menyesallah Allah” dalam bahasa Ibrani (wayyinnahem, niphal dari naham) agak bersifat antropomorfis atau antropopatis, dimana ungkapan tersebut untuk menggambarkan respons Allah terhadap dosa menurut analogi yang manusiawi (istilah yang dapat dipahami manusia. Seperti contoh gambaran Alkitab tentang Alah yang memiliki tangan, mata, mulut, dsb). Dimana pengertian kata tersebut ialah “menyesal,” “kecewa terhadap,” “berubah pikiran terhadap” menunjukkan respons Allah yang mengasihi, peduli, dan memperhatikan umat manusia yang sudah menolak Dia.

    Jadi, saudara, apakah sampai hati kita berkehendak untuk melihat penderitaan Allah yang bersedih karena tindakan kita selama ini tidak sesuai kehendakNya. Mari, kita buktikan cinta kasih kita kepada Tuhan dengan berusaha sesuai arah kehendakNya, dan tidak mau menyakiti hati Tuhan lagi seperti nenek moyang kita, atau ketika kita belum mengenal Tuhan Yesus.

    Tuhan Memberkati.
Berbalik Arah (Part IV) *EK

Posting Komentar untuk "Berbalik Arah (Part IV) - Kejadian 6: 7"