Teologi Liberal
Teologi Liberal
A. Definisi Liberal
Liberalisme atau liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarakan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah penghormatan tertinggi bagi manusia1. Secara umum, liberalisme memiliki tujuan menciptakan suara masyarakat yang bebas, dan dicirikan dengan kebebasan barpikir manusia. Paham ini menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintahan dan agama. Masyarakat liberal adalah masyarakat pluralistic, penuh paradoks, terbuka dan kontroversi karena kebebasan yang membawa mereka untuk memilih apa yang sesuai dengan tujuan esensial, yakni kesejahteraan (dalam pragmatism bisa dipahami sebagai salah satu manifestasi asa manfaat)
Sedangkan dalam Kekeristenan, kalangan liberal adalah mereka yang “bebas” dari otoritas dalam Kekeristenan yaitu diantaranya otoritas gereja dan otoritas Alkitab.2 Mereka memandang teologi-teologi yang ada, adalah hasil dari rasionalisme dan eksperimentalisme dari pada filsuf dan ilmuwan. Liberalisme seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa mereka menempatkan penalaran manusia dan penemuan-penemuan ilmiah pada tempat yang utama, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan hal ini maka akan ditolak. Sebagai akibatnya, liberalism telah menolak historic dari iman Kristen. Modernism merupakan hal yang secara umum sama dengan liberalism, tetapi menekankan penemuan-penemuan dari ilmu pengetahuan, dan berusaha untuk merekonsiliasi ilmu pengetahuan dan Alkitab.3
B. Sejarah dan Perkembangan Teori Liberal
1. Latar Belakang Munculnya Teologi Liberal
Sebenarnya dasar pemikiran liberal dimulai oleh para tokoh-tokoh di akhir abad pertengahan (sekitar abad ke 18) 4. Pada abad 16-17 gereja yang masih muda menghadapi bermacam-macam tantangan baik dari gereja Roma Katolik (kontra reformasi), juga dari dunia luar yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan filsafat. Saat itu juga muncul ajaran Armenius yang dipengaruhi oleh humanisme. Pada abad ini juga muncul
1 Albertine Minderop. Sikap Hidup dan Prinsip Politik Luar Negeri Amerika. (Jakarta : Yayasan Obor indonesia). 52
2 Harun Hadiwijono. Teologi Reformatoris Abad ke-20. (Jakarta: Gunugn Mulia, 2004)27
3 Van A. Harvey, A Handbook Of Theological Terms. (New York: Macmillan, 1964), 153
4 Harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. (Yogyakarta: Kanisius, 2007),47.
“Skolastik Protestan” yaitu pemikiran untuk menjadikan dogma-dogma gereja dapat dibenarkan dan diterima, sehingga cenderung untuk memutlakkan rumusan-rumusan dogmatis. Sehingga itu tidak boleh diganggu gugat karena dianggap nilai yang abadi. Beriman disamakan dengan mengami atau menyetujui rumusan-rumusan dogmatis atau rumusan-rumusan shadat (credo). Sehingga diabad ini gereja menguasai masyarakat, orang dibelenggu oleh gereja dalam pemikirannya karena dogma-dogma gereja dijadikan norma bagi pemikiran dalam segala bidang.
Kemudian memasuki abad ke 18 maka ilmu pengetahuan makin bertambah maju. Dalam abad ini muncul suatu istilah yang terkenal yaitu Renaissance yang berarti “kelahiran baru”, hal ini menjelaskan mengenai kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa setelah abad pertengahan. Sehingga hal itu sangatlah mempengaruhi pemikiran para theology dan para filsuf. Secara khusus rasionalisme adalah filsafat yang paling mempengaruhi dunia teologi Kristen pada saat itu. Dimana pada saat itu terjadi kebangkitan akan kesadaran manusia pada kepentingan atas agama dan pengetahuan. Liberalisme memperjuangkan kebebasan manusia dari kunkungan gereja atau agama yang memiliki otoritas tertinggi pada saat-saat itu.
Liberalisme menekankan pada kemuliaan manusia, dan bukan kepada kemuliaan Allah.5 Hal ini berarti bahwa yang menjadi fokus liberalisme adalah manusia itu sendiri, dan bukan Allah lagi yang menjadi fokusnya. Teologi pada abad ini telah menyebabkan skeptikisme Alkitab dan supranatural, para tokoh-tokoh saat itu berpendapat bahwa penalaran manusia dan ilmu pengetahuan mampu untuk memahami teka-teki dari kehidupan. Tulisan-tulisan para humanis sekuler berperan besar dalam meremehkan Alkitab, mukjizat dan wahyu ilahi, inilah yang kemudian menjadi dasar munculnya pemikiran liberalism religius dengan penyangkalannya pada supranaturalisme.
2. Perkembangan Para Tokoh Pemikir Liberal
Pada abad ini munculah Immanuel Kanth (1724-1904) dengan teologinya bahwa konsep seseorang tentang Allah harus berasal dari penalaran, oleh karena itu, ia menyerang bukti-bukti tentang keberadaan Allah, dengan menyangkali keabsahannya. Kant berpendapat bahwa pengetahuan tidak dapat ada dan terpisah dari pengalaman yang dapat dibuktikan melalui pengujian. Dalam hal ini, Kant mengkombinasikan rasionalisme
5 Earle E. Cairns. Christianity Through the Centuries, 4th ed. (Grand Rapids: Zondervan, 1961), 284
(kebertumpuan pada penalaran manusia) dan empirisme (pembuktian sesuatu berdasar metode ilmiah). Berdasarkan pada penekanan inovatif, Kant bisa juga dikatakan sebagai “pendiri teori teologi liberalism.”6 Teologi liberal kemudian dibangun berdasarkan penekanan Kant tentang kekristenan sebagai suatu sistem etika, bukan suatu wahyu dari Allah.
Kant kemudian menuliskan gagasannya dalam sebuah buku yang berjudul Religion innerhalb der grenzen der Bloszen Vernunft (religi dalam batas-batas rasio murni - 1793), yang di dalamnya mengemukakan bahwa agama itu muncul karena adanya hukum moralitas pada manusia. Menurutnya, pada manusia terdapat perintah yang disebut perintah kategori, yaitu perintah yang mengharuskan orang berbuat hanya demi perintah itu, tanpa menanyakan untuk apa melakukan perintah itu. Tetapi dalam praktiknya, orang tak dapat mematuhi peraturan itu. Pemenuhan perintah itu yang secara sempurna hanya mungkin jika ada pertolongan dari “Tokoh yang tertinggi”, yaitu Allah. Pertolongan ini memang ada, sebab Allah mengkehendaki supaya manusia memperoleh kebahagiaan. Adanya harapan akan kebahagiaan inilah awal munculnya agama. Manusia berharap jika cita-cita yang mulia itu tidak tercapai di dunia ini, maka akan tercapai di dunia yang akan datang. Kewajiban-kewajiban manusia yang semula muncul dari dirinya sendiri itu, kemudian dipandang sebagai perintah-perintah yang datangnya dari Allah. Demikianlah, moralitas memimpin pada agama. Dia beragumentasi bahwa konsep seseorang tentang Allah harus berasal dari penalaran; oleh karena itu, ia menyerang bukti-bukti tentang keberadaan Allah, dengan menyangkali keabsahannya. Kant berpendapat bahwa pengetahuan tidak dapat ada dan terpisah dari pengalaman yang dapat dibuktikan melalui pengujian. Dalam hal ini, Kant mengkombinasikan rasionalisme (kebertumpuan pada penalaran manusia) dan emperis (pembuktian sesuatu berdasar metode ilmiah). Berdasarkan pada inovatif ini, Kant boleh disebut sebagai “pendiri teori teologi liberalism”7
Kant menolak anggapan bahwa beragama (juga beragma Kristen) berarti menyetujui dogma-dogma gereja sebagai kebenaran yang mutlak. Agama bukanlah soal
6 Stanley N. Gundry dan Alan F. Johnson, eds., Tensions In Contemporary Theology. (Chicago: Moody,1976), 18
7 Stanley N. Gundry dan Alan F. Johnson, eds., Tensions in Contemporary Theology (Chicago: Moody, 1976), 18.
akal, melainkan soal perbuatan. Sebenarnya apa yang diajarkan di dalam Alkitab sebagai hal yang diwahyukan itu dapat juga diketahui melalui rasio murni manusia.
Kemudian pada abad ke-19, teologi berada di dalam pengaruh idealisme, Romantik dan historisme. Hal ini disebabkan pada abad ke-19 itu pencerahan didesak oleh Idealisme dan Romantik. Tetapi, pergantian ini tidak membawa perubahan besar bagi gereja. Teologi bukan menjadi kembali pada Alkitab, melainkan justru dipengaruhi oleh gerakan-gerakan di luar gereja.
Kecuali pemikiran Immanuel Kant, yang berpengaruh juga pemikiran Friedrich Hegel (1770-1831), yang berpangkal pada pendirian bahwa yang ideal, yang rohani ialah sumber realitas dengan cara pandang dialektik (tesis-antitesis-sintesis). Pengaruh Hegel terutama terasa dalam bidang ilmu Perjanajian Baru, yaitu dalam mazhab Tubingen dengan Christian Baur (1792-1960) sebagai pendirinya.
Kemudian munculah suatu aliran yang mewujudkan kebalikan dari mazhab Tubingen ialah mazhab Erlangen, yaitu kelompok teolog yang ortodoks, baik di bidang dogmatic maupun dibidang Perjanjian Baru ialah Theodor Zahn (1838-1933), sedang seorang tokoh yang terkenal dibidang dogmatic ialah J. Chr. K. Von Hofmann. Ia menggali bahan-bahan dogmatiknya dari pengalamannya dilahirkan kembali, yang menjadikan dia seorang Kristen. Dogmatiknya mewujudkan suatu sistem ucapan-ucapan tentang apa yang ada pada manusia dalam persekutuannya dengan Allah, dan apa yang diandaikan mendasarinya serta apa yang dialaminya di masa depan.
Tokoh yang terkenal dalam akhir abad ke 19 ialah Theodorus Harnack (1851- 1930), seorang ahli gereja yang besar dan terkenal sekali. Teologinya adalah bahwa orang Kristen harus dibebaskan dari tuntutan untuk secara pasti menganggap benar dogma- dogma yang dirumuskan secara keras dan kaku serta mempertahankan tradisi-tradisi yang lain, hanya karena tradisi-tradisi itu dipandang berwibawa dalam hubungannya dengan suatu dogma, yang sifatnya mutlak diterima dengan sendirinya atau diteguhkan tanpa mempersoalkannya. Menurut Harnack, dogma dalam konsepsi dan perkembangannya mewujudkan suatu karya roh Yunani di atas dasar Injil, yang akan dapat mematahan kuasa-tradisi yang hingga kini membebani hati nurani orang Kristen, bukan tafsir dan dogmatik, melainkan hasil-hasil penelitian historis. Dogma harus dibersihkan oleh sejarah. Seluruh karya Harnack dapat dipandang sebagai suatu keterangan atas
pernyataan itu. Harnack ingin melihat pemikiran dogmatis yang otoriter itu diganti dengan pemikiran historis.
Kemudian munculah suatu mazhab yang menengahi kedua mazhab tersebut, yang disebut Vermittlungs Theologie (Teolog Penengah), yang mengungkapkan gagasan- gagasan modern dengan istilah-istilah bahasa ortodoks. Pangkal pemikirannya dimulai dari pendirian Schleirmacher yang subyektif dan mencari hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan modern,antara agama Kristen dan filsafat idealism hegel dan schelling, dengan maksud membela kebenaran Kristen di depan filsafat dengan cara spekulatif dan mengungkapkan gagasan-gagasan kristiani sebagai gagasan yang paling masuk akal dan paling susila.
Schleiermacher membuat perbedaan antara agama dan akal. Ia menekankan pengalaman, bukan iman, sebagai inti agama. Dengan demikian memisahkan kepercayaan dan fakta-fakta historis, misalnya tentang Yesus. Banyak dari pengajarannya diteruskan oleh gerakan liberal dalam teologi.
Patokan Schleiermacher dalam berteologi bukanlah harus sesuai dengan doktrin Perjanjian Baru, melainkan dengan pengalaman-pengalaman yang dicatat dalam Perjanjian Baru. Schleiermacher menggunakan berbagai metode untuk mengenal pribadi dan karya Yesus Kristus. Schleiermacher menuntut adanya keseimbangan antara kedua doktrin.
Kemudian mengenai konsep Schleiermacher tentang karya Yesus Kristus terlalu rendah, karena pandangannya tentang kebenaran manusia tidak memadai (sangat sedikit yang dikemukakan tentang dosa di hadapan Allah, Misalnya). Yesus Kristus tidak datang untuk menebus dosa tetapi untuk menjadi guru, untuk menjadi teladan bagi manusia. Karya-Nya pada hakikatnya dimaksudkan untuk membangkitkan di dalam diri manusia akan kesadaran ini, yang di dalam diri manusia terselubung dan tak berdaya, sehingga di dalam Yesus Kristus manusia sempurna setiap saat8.
Pandangan tentang Allah dikatakan bahwa manusia tidak mempunyai pengetahuan yang objektif tentang Allah. Manusia mengetahui Allah dalam hubungan dengan diri manusia sendiri, dalam perasaan kebergantungan yang absolut kepada-Nya, dan dalam hubungan dengan Allah dan alam semesta. Allah adalah kekal, mahakuasa dalam arti
8 Tony Lane, Runtut Pijar (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2016) Hal, 198-201
bahwa Ia dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Allah adalah pencipta dan mengetahui segala sesuatu.
Dunia dan manusia diciptakan Allah pada mulanya adalah baik. Dosa adalah kebergantungan manusia pada dirinya sendiri dan mencari kepuasaan bagi dirinya, bukan kepada Allah. Dosa bukan semata-mata berasal dari tindakan-tindakan individual, tetapi sesuatu kecenderungan yang tidak dapat dilepaskan dari luar manusia. Karena dosa manusia menjadi asing dari Allah sehingga muncul ketakutan terhadap Allah sebagai hakim yang mengetahui bahwa mereka layak dapat murka-Nya.
Pengalaman penebusan adalah tujuan Allah sebagai bagian yang terpisahkan dari rencana penciptaan-Nya. Dalam penebusan tampaklah kasih dan hikmat Allah. Penebusan itu menyala melalui anugerah dalam Yesus Kristus, dan bahwa dalam Yesus Kristus manusia mencapai hikmat kemanusiaannya. Penebusan bekerja melalui suatu kekuatan dan yang tanpa kekuatan itu manusia tidak dapat mencapai tujuan yang Allah tetapkan bagi merka. Karena Yesus Kristus adalah manusia yang sempurna, maka hal itu memungkinkan manusia untuk bersekutu dengan Dia dan dosa mereka dikalahkan oleh kesadaran akan Allah yang sedang bekerja dalam mereka. Pengalaman penebusan oleh tiap individu melibatkan respons dalam iman dan kasih yang kemudian melahirkan pembenaran dan penyucian. Ini berarti kelahiran dan pertumbuhan dalam orang-orang percaya tentang pengalaman Allah, yang datang lewat Yesus Kristus.
Alkitab adalah berita-berita dari mereka yang memilki pengalaman batin dengan Allah. Alkitab adalah berita tentang pengalaman-pengalaman. Dengan demikian Schleiermacher melalui pendekatannya bukan melalui Alkitab atau pengakuan iman atau wahyu, melainkan melalui pengalaman pribadi, dengan apa yang terjadi atas perseorangan dan atas persekutuan. Dengan bertolak dari dasar yang sama, yaitu pengalaman keagamaan9.
C. Ciri-ciri Teologi Liberal
1. Menentang segala yang positif gerejawi secara tradisional dan historis
2. Mencari kekuatannya dalam penelitian kritis, dengan menentang apa yang disebut keterikatan pada dogma
9 Dr. F.D. Wellem, M.Th, Riwayat Hidup Singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), Hal 167-169
3. Mencari kekuatannya dalam teologi Schleiermacher10
D. Kontribusi Teologi Liberal
1. Melalui teologi liberal gereja mendapat pemandangan baru dalam pemahaman teologi yang ada
2. Menyadarkan gereja bahwa teologi haruslah diimbangi dengan praktikal yang benar
3. Teologi bukanlah sesuatu yang kaku, tetapi juga merupakan pengalaman hidup
E. Analisa Kritis
1. Pandangan Liberal
Pandangan teologi liberal ini adalah suatu serangan yang paling dasyat terhadap Kekeristenan karena menghilangkan pemikiran tentang Tuhan, pokok kepercayaan liberal ini telah banyak menghancurkan iman kekrristenan di seluruh11. Berikut adalah pandangan liberal yang umum yang dapat dilihat;
a. Bibliologi
Liberal menekankan bahwa Alkitab haruslah diselidiki dengan pendekatan secara historis kritis. Doktrin mereka mengatakan bahwa Alkitab hanya mengadung Firman Allah, artinya ada bagian dari Alkitab yang firman Allah, dan yang lainnya hanya berisi dongeng, kisah fisik, dan sesuatu kisah yang dianggap hanyalah cerita biasa. Alkitab hanyalah buku biasa sama seperti buku-buku lainnya12. Mereka juga mengatakan bahwa setiap kisah-kisah didalam Alkitab yang diluar nalar manusia haruslah terlebih dahulu diuji melalui ilmu pengetahuan dan rasio. Sehingga para kritikus liberal tidak melihat adanya pengilhaman yang bersifat ilahi dalam kisah- kisah yang ada dalam Alkitab, bagi mereka Alkitab hanyalah himpunan tulisan yang dikerjakan dalam kurun waktu yang berlainan13. Tidak boleh lagi seseorang dipaksa untuk percaya dan menerima kisah-kisah tersebut di dalam Alkitab sebagai sesuatu yang otentik.
b. Yesus Kristus
10 Harun Hadiwijono. Teologi Reformatoris abad kr20. (Jakarta: Gunung Mulia,2004)15
11 Paul Enss. The Moody handbook Of The Theology 2. (Malang: Literatur SAAt, 2010) 195
12 Paul Enss. The Moody Handbook Theology.(Malang: SAAT, 2007), 206
13 Fritz Ridenour. Dapatkah Alkitab Dipercaya ?. (Jakarta: Gunung Mulia,2000)72
Dalam pandangan liberal Yesus adalah suatu “tokoh yang dirancang berdasarkan rasionalisme, lalu diberi hidup oleh liberalism dan dikenakan pakaian historis oleh teologi moder.”14 Menurut Adolf Von Harnack dan para teolog liberal pada awal abad ke-20 memandang Yesus sebagai seorang guru etika15 dan moral yang tinggi. Ia memiliki damai dan kerendahan hati yang dapat menguatkan dan membawa damai pada orang lain. Injil yang dikhotbahkan bukan berkenaan dengan diri-Nya sendiri tetapi berkenaan dengan Tuhan. Itu berhubungan dengan kerajaan dan ke-Bapa-an Allah, sifat kekal jiwa manusia, kebenaran yang lebih tinggi dan perintah untuk saling mengasihi. Pandangan ini tidak percaya kepada karya kematian dan kebangkitan Kristus sebagai sejarah terbesar.
Teologi liberal menolak keilahian Yesus dan dipandang sebagai manusia yang ideal. Ia adalah hanya seorang teladan bagi manusia-manusia yang ada di dalam dunia ini. Teologi liberal telah membuat berbagai tokoh bayangan tentang Yesus yang berbeda sekali dengan Yesus yang ada di dalam Alkitab, sehingga hal ini banyak menimbulkan perdebatan disepanjang sejarah pemikiran teologi.
c. Manusia
Doktrin depravitas total dan dosa asal ditolak, manusia tidak dilihat sebagai yang jahat tetapi sebagai yang dasarnya baik. Manusia dapat diarahkan untuk melakukan yang baik melalui pendidikan.
d. Dosa
Dosa tidak anggap sebagai suatu pelanggaran terhadap hukum Allah, dosa didefinisikan sebagai peristiwa dimana manusia berusaha untuk hidup sendiri terpisah dari alam semesta dan sesamanya.”16 Para pemikir liberal sangatlah memandang remeh mengenai dosa, mereka hanya menghubungkan dosa sebagai kesalahan antar manusia dan bukan dosa terhadap Allah.17
e. Soteriologi
Paham liberal menolak mengenai kesalamaan dari hukuman dan pemberitaan kedatangan kerajaan Allah itu bukanlah mengenai masa yang akan datang dan juga
14 Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristoani. (Jakarta: Gunung Mulia,2007), 204
15 John Drane.Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-teologi. (Jakarta: Gunung mula, 2005),155
16 William e. Hoedern. A Layman’s Guide to Protestant Theology, rev.ed. (London: Macmillan, 1968), 45
17 Robert R. Boehlke. Sejarah PerkembanganPikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Yohanes Amos Comenius Sampai Perkebangan PAJ di Indoneisa. (Jakarta: Gunung Mulia, 2009),679.
bukan pula tentang hal yang supranatural. Keselamatan bagi mereka adalah keadaan saat ini, keadaan yang sedang dijalani. Kerena pandangan ini berusaha untuk mendatangkan surga melalui usaha mereka sendiri18 melalui prinsip-prinsip keteladanan Yesus. Karena teologi inilah muncul yang namanua Injil sosial.
F. Tanggapan Teologis Terhadap Liberalisme
1. Bibiologi
Alkitab bukanlah hanya mengandung Firman Allah didalamnya seperti yang dikatakan oleh kelompok liberal, tetapi Alkitab adalah Firman Allah. Dalam 2 Timotius 3:16 Rasul Paulus menyatakan bahwa setiap tulisan diilhami oleh Allah dan berguna untuk segala hal. Ada beberapa penegasan penting dalam ayat ini yaitu19
a. Semua tulisan yaitu keseluruhan Alkitab diilhami dan berfaedah. Kata “tulisan” berasal dari bahasa Yunani yaitu graphe. Dalam seluruh Perjanjian baru tertulis 50 kali dan selalu merunjuk kepada bagian Alkitab. kadang-kadang menunjuk kepada seluruh perjanjian lama (Lukas 24:45; Yohanes 10:35); kadang menunjuk kepada kalimat tertentu dalam Perjanjian Baru (1 Tim 5:18) atau kalimat tertentu dalam Perjanjian Lama (Lukas 4:21) dan ada kalanya menunjuk kepada sebagian perjanjian Baru ( 2 Petrus 3:16, menunjuk kepada tulisan-tulisan Paulus)
b. Segenap Alkitab dinapaskan Allah, ini menyatakan cara pengilhaman. Dalam bahasa Yunani tertulis theopneustos mengandung arti Allah meniupkan sesuatu kedalam, tetpi frase mengatakan kepada kita bahwa Allah meniupkan sesuatu yakni Alkitab.
c. Segenap Alkitab bermanfaat, ini menyatakan tujuan dari pengilhaman.
Jadi dapat dikatakan bahwa kesimpulan dari ayat ini adalah bahwa Alkitab adalah mengajarkan bahwa Alkitab datang dari Allah, dan bukan seperti yang dikatakan oleh pandangan liberal.
Kemudian dalam 2 Petrus 1:21 juga mengatakan bagaimana Allah memakai penulis manusiawi untuk menghasilkan Alkitab. Para penulis Alkitab memang aktif dalam penulisan, tetapi apa yang mereka tuliskan dipimpin bukan oleh kemauannya yang mungkin salah, tetapi oleh Roh Kudus yang adalah benar dan tidak bisa salah.
18 Paul Enss. The Moody Handbook Theology.(Malang: Literatur SAAt, 2007),207
19 Charles C. Ryrie. Teologi Dasar 1. (Yogyakarta: Andi, 2013)96-98
Kesimpulan dari ayat ini adalah, Allah memakai manusia dalam penulisan Alkitab yang seluruhnya adalah kebenaran.
Kemudian dari sisi arkeologi Alkitab, kita juga bisa melihat bahwa Alkitab bukan hanya buku biasa tetapi memnag adalah kebenaran yang sesungguhnya. Arkeologi Alkitab adalah cabang arkeologi yang mencari informasi mengenai sejarah, kebudayaan, dan kebiasaan manusia yang hidup di dunia Alkitab. Arkeologi Alkitab memberikan manfaat untuk memberikan informasi mengenai apa yang ditemukkanya yang berkaitan tentang kebiasaan dan ciri kehidupan mansia pada zaman Alkitan. Arkeologi Alkitab menjadi sebuah sarana untuk dapat memahami Alkitab yang dituliskan jauh sebelum zaman ini.20 Adanya arkeologi ini juga membantu dalam mengetahui keontentikan Alkitab tersebut. penyelidikan Alkitab yang dilakukan dengan metode arkeologi dapat memberikan bukti nyata dan memperdalam pengetahuan orang Kristen mengernai inneransi alkitab karena bukti yang ada memberi keyakinan bahwa Alkitab benar-benar ada dan ditulis dan diilhamkan oleh Allah melalui Roh Kudus
Berbagai pertemuan arkeologi yang dipusatkan kepada Alkitab yang ditemukaan memberikan banyak keterangan mengenai bagian-bagian Alkitab. Penemuan-penemuan ini meneguhkan banyak sekali bagiab Alkitab yang ditolak oleh para penentang Alkitab yang menganggap bahwa bagian-bagian tertentu tersebut hanya sebuah dongeng yang bertentangan dengan Alkitab.21
2. Yesus Kristus
Pandangan liberal yang tidak mengakui keilahian Yesus adalah hal yang salah. Keilahian Yesus diisyaratkan dalam lebih dari 500 ayat dalam Perjanjian baru. Beberapa bukti dari keilahian Yesus adalah22, pertama bukti akan pra-eksistensi ilahi Yesus- yaitu gagasan bahwa Yesus sudah ada sebelum kelahiranNya. Hal ini secara khusus tetrulis dalam Yohanes 8:31-59, Yesus mengatakan bahwa, “sebelum Abraham ada, Aku ada.” Kedua, bagaimana Yesus dikandung. Dalam Lukas 1:26-38 menyatakan bahwa Maria mengandung Anak tersebut karena Roh Kudus. Ketiga, bukti tentang kemuliaan ilahi Yesus (Markus 9:2-13). Kisah ini adalah penegasan penting akan kodrat ilahi Yesus.
20 Joseph P. Free. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. ( Malang: Gandum Mas, 2001)28
21 Ibid, 13
22 Mark Stibbe. User’s Guide to Christian Belief. (Yogyakarta: Kanisius, 2009),66.
Keempat, kuasa ialhi yesus. Dalam banyak tempat, Yesus berbicara secara eksplist bahwa Ia adalah Allah. dalam matius 5, Dia memberi tahu para pendengarNya bahwa kata- kataNya penuh kuasa yang lebih besar daripada kata-kata Musa. Dia berkata kepada orang sezaman-Nya, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Dia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa (markus 2:8-11), sesuatu yang hanya bisa dilakukan Allah. Kelima, ada bukti pengandilan ilahi Yesus. Dalam Yohanes 5:22, yesus dengan jelas mengatakan bahwa Ia memiliki hak istimewa ilahi ketika Dia berkata, “Bapa menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak.” Yesus mengatkan bahwa Dia memiliki kuasa untuk melakukan apa yang hanya bisa dilakukan oleh Allah. keenam, ada bukti gelar ilahi yesus. Yesus sering menggunakan frasa sederhana “aku ada/Akulah” (I am) untuk menjelaskan siapakah Dia. Dia menggunakan frasa ini dengan penejelasan tambahan, seperti “Akulah terang dunia” (Yohanes 8:12). Pada waktu lain, Dia menggunakannya secara mandiri-sebagai contoh: “Apabila kami telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia” (Yohanes 8:28). Ketujuh, bukti kebangkitan Yesus.
3. Manusia
Pandangan liberal mengatakan bahwa manusia tidak dilihat sebagai yang jahat tetapi sebagai yang dasarnya baik, tetapi ini jika dilihat dari sisi Alkitab maka sebenarnya ini adalah suatu pernyataan yang salah. Memang pada dasanya manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah dengan mempunya tujuan. Gambaran dan sifat Allah itu menjadi bagian dasar dari manusia. Namun jika ditinjau dari antibut Allah memang Allah berbeda dengan manusia karena Allah adalah Allah yang tidak terbatas atau kekal. Inilah gambaran manusia sebelum jatuh dalam dos. Namun karena ketidak taatan manusia itu sendiri, yang melanggar perintah Allah yang membuat mereka berdosa. Dan tidak ada kebaikan lagi yang ada di dalam diri manusia. Bahkan karena pelanggaran yang dilakukan manusia itu mengakibatkan gambaran yang ada di dalam diri manusia itu rusak. Sehingga hubungan manusia itu terputus. Dan itu hanya bisa dibenarkan oleh satu pribadi yaitu Yesus (Rom. 5:18-19).
4. Dosa
Pandangan yang menyatakan bahwa dosa tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap hukum Allah ini sangat bertentang dengan kebenaran Firman
Tuhan. Karena jika dilihat dari pengertian dosa berasal dari kata Ibrani yairu hatta,t (dari beberapa bentuk dari akar kata yansama) awon, pesya,ra. Dalam bahasa Yunani ialah hamartia, hamartama, parabasis, parattoma, penerio, anomia. . Dosa ialah kegagalan, kekeliruan, atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak mentaati hukum, dosa adalah kejahatan dalam segala bentuk.23 Dan di dalam 1 Yohanes 3:4 dijelaskan bahwa dosa adalah pelanggaran akan hukum Allah.
Akibat dari dosa sendiri adalah keterpisahan Allah dengan manusia. Dimana dosa merupakan pemisah antara manusia dan Allah. Manusia yang dulunya hidup begitu dekat dengan Allah, manusia dipercaya penuh oleh Allah, tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa maka hubungan manusia dengan Allah sudah tidak sama lagi sebelum manusia jatuh dalam dosa. Keterpisahan mereka kepada Yesus dan sesama bukan tujuan atau maksud mereka melakukan dosa, tetapi karena pembetontakan, ketidak taatan, bahkan kesalahan yang dilakukan atas ketidak taatan mereka kepada Allah.
5. Soteriologi
Paham yang dianut oleh orang-orang liberal adalah sesuatu yang salah, apalagi mengenai keselamatan. Dengan jelas Alkitab mengatakan bahwa kesleamatan bersumber dari Allah (Efesus 2:8-9), sumber keselamatan adalah Allah dan manusia tidak bisa mengusahakan keselamatan itu sendiri,karena manusia membutuhkan anugerah dari Allah.
Dikatakan bahwa manusia telah dikandung dalam dosa (mazmur 51:7), kemudian dibagian lain dari Alkitab dengan jelas menganakan bahawa tidak ada manusia yang yang tidak berdosa (1 Raja-raja 8:46, mazmur 143:2, Amsal 20:9). Ini menunjukkan bahwa manusia sangatlah membutuhkan keselamatan daripada Allah dan jelas bahwa manusia tidak bisa mengusahakan keselamtan itu seorang diri.
Keselamatan yang dimaksud juga keselamatan di dunia yang akan datang, juga menyangkut mengenai jiwa manusia24. karena dosa mendatangkan maut, tetapi ketika manusia menerima keselamatan itu dari Allah maka manusia akan diselamatkan dari maut itu dan masuk ke dalam kemuliaan Allah, itu adalah keselamatan pada masa yang akan datang.
23 Lembaga Indoensia , Eksiklopedi Alkitab masa kini. (Yayasan komunikasi Bina kasih, 1992) Hal. 226
24 Eddy Kristiyanto. Spiritualitas Sosial: Suatu kajian Kontekstual. (Yogyakarta: Kanisius, 2010),140
Posting Komentar untuk "Teologi Liberal"